Minggu, 01 September 2013

SMT3: Manajemen Operasi: Peluang dan Tantangan pada Abad 21

PRIORITAS UTAMA KORPORAT MANAJEMEN OPERASI MENJAWAB TANTANGAN KRITIS 2013

Oleh : Elliot Simangunsong


Secara umum, manajemen operasi terkait erat dengan upaya perusahaan melakukan perbaikan berkelanjutan -demi meningkatkan kualitas, produktivitas dan kepuasan customer. Lalu, bagaimana kiat-kiat yang harus ditempuh oleh para pelaku bisnis di masa mendatang?
Sejatinya, manajemen operasi adalah pengelolaan proses transformasi sumber daya perusahaan seperti material, manusia, dan informasi menjadi keluaran yang bernilai tambah bagi pelanggan. Strategi operasi adalah keputusan-keputusan dalam manajemen operasi untuk memenuhi tujuan dan sasaran operasi perusahaan.
Pada mulanya, istilah "Manajemen Operasi" mengacu pada manajemen proses produksi di pabrik perusahaan manufaktur. Hal ini diperlukan untuk membantu mengatasi kurangnya kemampuan proses produksi dalam memenuhi permintaan pasar. Namun ketika permintaan semakin meningkat, diperlukan upaya pengelolaan operasional yang lebih komprehensif, demi memberikan kemampuan produksi dalam jumlah besar.
Upaya itu, misalnya, dengan pengembangan lini produksi (assembly line), dan sistem produksi massal (mass production). Dari sisi produk juga secara tidak langsung terdorong menjadi lebih
standar dan presisi, sehingga lebih mudah diproduksi dalam volume besar. Alhasil, strategi manajemen operasi yang baru ini telah menciptakan kemampuan volume produksi yang tinggi, produk yang konsisten dan biaya yang rendah.
Selama bertahun-tahun manajemen operasi baik dalam hal proses produksi maupun operasi layanan telah berkembang pesat seiring dengan perubahan kebutuhan pasar.  Studi literatur menunjukkan bahwa periode 1980-an merupakan era dimana manajemen operasi telah diterima sebagai salah satu bidang fungsional perusahaan yang memiliki peran penting. Begitu krusialnya peran ini, dapat dilihat pada keberhasilan produk-produk Jepang di pasar global, khususnya industri otomotif dan elektronika. Pada periode ini, perusahaan-perusahaan manufaktur
Jepang memfokuskan pengelolaan operasionalnya pada pengurangan biaya dan pengembangan produk yang lebih cepat.
Beberapa teknik manajemen operasi seperti TQM dan JIT mulai dikenal pada periode ini. Hasilnya, produk industri jepang dikenal memiliki kualitas baik dengan harga jual yang sangat kompetitif, sehingga mampu merajai peta persaingan melawan produk dari negara barat. Akibatnya banyak perusahaan negara barat, yang sebelumnya menguasai pasar, kehilangan customer dan bahkan beberapa gulung tikar. 
Keberhasilan industri jepang ini kemudian mendorong perusahaan di negara-negara lain untuk meniru dan mengadopsi konsep manajemen operasi mereka.
Pada mulanya, istilah "Manajemen Operasi" mengacu pada manajemen
proses produksi di pabrik perusahaan manufaktur.
Hal ini diperlukan untuk membantu mengatasi
kurangnya kemampuan proses produksi dalam
memenuhi permintaan pasar.
TANTANGAN DI MASA KINI
Ada dua faktor penggerak utama yang merupakan tantangan manajemen operasi di masa kini. Yang pertama adalah internet. Dikenal luasnya internet pada sekitar tahun 1995, dan kenaikan
pengguna yang signifkan di era 2000-an telah memunculkan variabel baru dalam manajemen operasi, yaitu internet sebagai saluran komunikasi dan kolaborasi yang mudah dan cepat antar perusahaan.
 
Di sisi lain, internet juga membuat customer semakin mudah mendapatkan informasi tentang produk yang diinginkannya, baik melalui pencarian informasi menggunakan search  engine
(google, yahoo, dll), maupun referensi dari  social media (facebook, twitter, dll).
Sehingga, jika pada era 1980-an customer memilih produk berdasarkan kriteria kualitas dan harga yang kompetitif, maka era internet telah membentuk pelangan yang memiliki harapan dan keinginan yang spesifk.  Faktor penggerak kedua adalah globalisasi. Perjanjian perdagangan bebas seperti perdagangan bebas Amerika Utara (NAFTA), penyatuan eropa (European Union), atau perdagangan bebas ASEAN telah berpengaruh besar pada dunia bisnis.
Pasar dan operasi perusahaan telah menjadi global. Dampaknya adalah; perusahaan yang menyasar pasar global haruslah memiliki kemampuan manajemen operasi yang mumpuni.
Misalnya adalah dalam memutuskan lokasi proses produksi,  make or buy fasilitas produksi, strategi  outsourcing dan aliansi bisnis.  Kedua faktor ini -internet dan globalisasi meningkatkan pentingnya peran manajemen operasi pada bisnis di masa kini. Persaingan global menyebabkan tuntutan keunggulan dalam banyak hal seperti kualitas, biaya, logistik, pengembangan produk dan lain-lain.
Internet juga turut mempercepat globalisasi bisnis, yang meningkatkan kompleksitas dan ketidakpastian bisnis.
Internet telah mengubah cara perusahaan beroperasi, berfungsi, dalam
memperoleh sumber daya, dan dalam memenuhi harapan customer.
Hal ini mempengaruhi prinsip-prinsip tradisional dan teknik manajemen
operasi, termasuk diantaranya strategi operasi, penjadwalan, persediaan,
kontrol kualitas, dan manajemen sumber daya produksi.
Ada juga kecendrungan manajemen operasi yang mulai melibatkan fungsi-fungsi lain dalam perusahaan seperti informasi pemasaran, akuntansi, pembelian/logistik, dan sumber daya
manusia. Trik-trik yang digunakan di era sebelumnya sudah tidak cukup lagi. Strategi operasi haruslah meluas hingga lintas fungsi operasi. Kompetisi bisnis pada masa kini menuntut upaya yang lebih terpadu antara riset, perencanaan produksi, logistik, hubungan pemasok dan
pemasaran. Selain itu, peranan teknologi informasi dan komunikasi, seperti aplikasi Enterprise Resource Planning (ERP) juga turut memperluas peranan manajemen operasi dalam lingkungan perusahaan.
Lingkungan  bisnis  di  masa  depan diperkirakan akan berubah dengan lebih cepat sehingga membutuhkan interaksi yang dekat dan cepat antara fungsi-fungsi perusahaan untuk lebih memahami pasar.
PERSIAPAN MENUJUMASA DEPAN
Era mendatang akan ditandai oleh kecepatan kemajuan teknologi, yang berarti peluang yang luar biasa bagi manajer operasi untuk melakukan inovasi-inovasi dalam model manajemen operasi.
Konsep-konsep manajemen operasi terus berkembang dan semakin maju seperti  mass customisation,  computer integrated manufacturing (CIM), dan fexible  manufacturing  system (FMS). Namun itu belum cukup, karena tekanan persaingan global juga akan semakin ketat
sehingga turut mendorong perusahaan untuk semakin proaktif mencari cara-cara baru dalam memenangkan pasar dan mendapatkan akses ke pasar yang baru.
 
Mereka berargumen bahwa tidaklah bijaksana menghilangkan variasi  output serendah-rendahnya, karena semakin kuatnya bauran antara produk dan layanan. Jika selama ini manajemen operasi
perusahaan cukup fokus pada satu faktor kinerja kompetitif operasi seperti ongkos produksi rendah atau kualitas, namun ke depan perusahaan akan berlomba untuk bersaing pada semua faktor kinerja kompetitif termasuk kualitas, feksibilitas, kecepatan, kehandalan, dan biaya.
Dalam hal ini,  customer akan menilai kualitas sebuah produk dari pengalaman mereka dilayani perusahaaan, khususnya dalam hal seberapa banyak variabilitas ekspektasi mereka yang mampu dipenuhi perusahaan. Persaingan bisnis juga terus bergeser dari persaingan antar perusahaan in-
dividu menjadi persaingan antar rantai pemasok (supply chain). Ini berarti manajemen operasi perlu diintegrasikan perusahaan kepada mitra-mitra bisnisnya seperti pemasok, distributor, retailer,
dll.
Selanjutnya manajemen operasi berevolusi menjadi manajemen operasi rantai pasokan yang mempertimbangkan perspektif proses bisnis terintegrasi.Ke depannya, perusahaan sebaiknya
fokus pada pengembangan manajemen operasi rantai pasokan yang berbasis internet dan ERP untuk memberikan visibilitas keseluruhan bisnis dan untuk melayani pelanggan global yang lebih
baik. Bayraktar et al. (2007), memberikan beberapa prediksi strategi manajemen operasi di masa depan, yaitu:
  • Pengetahuan  manajemen  rantai  pasok yang  feksibel  akan  semakin  penting, demi membangun kapabilitas produksi mass customisation untuk produk dan jasa.
  • Aliansi lintas fungsi di dalam perusahaan akan menjadi faktor kunci dalam pengembangan lini produk baru atau mengisi kesenjangan lini produk.
  • Usaha kecil dan menengah (UKM) akan semakin berperan dalam setiap jaringan rantai pasok.
  • Teknologi informasi modern semakin menunjang integrasi berbagai entitas bisnis, peningkatan peran outsourcing dalam manajemen operasi.
  • Aplikasi model-model 3D dalam manajemen operasi untuk  desain layout pabrik, desain produk, desain proses produksi, dan simulasi keselamatan kerja.
  • Pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran akan meningkatkan tuntutan customer untuk produk dan
    layanan yang lebih terspesialisasi.
Pada akhirnya, dapat disimpulkan bahwa pasar telah berubah dari lokal ke global, dan permintaan telah bergeser dari produk standar menjadi produk yang disesuaikan dengan kebutuhan customer. Untuk tetap kompetitif di pasar global, perusahaan dipaksa untuk merekayasa ulang kemampuan manajemen operasinya, dan keunggulan kinerja operasi yang  lintas  faktor  seperti  kualitas,  feksibilitas, kecepatan, kehandalan, dan biaya.
Manajemen operasi, termasuk di dalamnya pengelolaan pemasok, proses produksi, logistik dan layanan pelanggan sudah menjadi sumber utama dari nilai tambah perusahaan, dan dengan demikian menjadi prioritas tinggi bagi pimpinan perusahaan.
Referensi:
  • Bayraktar, E., Jothishankar, M.C., Tatoglu, E. & Wu, T. (2007) Evolution of operations management: past, present and future. Management Research News, 30 (11), p.843–871.
  • Gunasekaran, A. & Ngai, E.W.T. (2012) The future of operations management: An outlook and
    analysis. Green Manufacturing and Distribution in the Fashion and Apparel Industries, 135 (2), p.687–701. 
Sumber: http://www.management-update.org/index.php?act=forum&sm=forum_detail&forum_id=2

1 komentar:

  1. Apa maksud dari being better, being faster, being cheaper, dan being more agile

    BalasHapus